Wisata Kuliner Pasar Sawahan Desa Kalongan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah: Pasar Tradisional yang Masih Eksis di Tengah Maraknya Kuliner Modern (Sumber foto: Berliana Sekar)
Pasar Sawahan Desa Kalongan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menjadi salah satu wisata kuliner tradisional dengan konsep tradisional yang masih eksis di tengah maraknya kuliner modern saat ini. Pasar Sawahan menyuguhkan beragam kuliner tradisional yang disajikan dengan alat-alat tradisional, seperti pecel, soto batok, dan masih banyak lagi. Lantas, apa saja keunikan yang ada di Pasar Sawahan?
Asal Usul Pasar Sawahan
Pasar Sawahan pertama kali dicetuskan oleh Kepala Desa (Kades) Kalongan, Yarmuji pada tahun 2019. Kala itu, Yarmuji berkeinginan agar Desa Kalongan menjadi desa wisata yang dapat mengangkat nama desa sekaligus membantu perekonomian masyarakat. Namun sebuah desa yang ingin menjadi desa wisata wajib memiliki Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).
“Setelah terbentuk Pokdarwis, kemudian Pak Yarmuji memberi tugas Pokdarwis agar membuat satu saja destinasi yang bisa mengangkat nama Desa Kalongan, kemudian sedikit membantu perekonomian masyarakat, akhirnya tercetus ide untuk membuat Pasar Sawahan ini,” ungkap Ketua Pokdarwis Desa Kalongan Tahun 2024, Mukhtar Efendi saat diwawancarai pada Minggu (04/05).
Pasar sawahan berlokasi tepat di area persawahan. Berbeda dengan wisata yang ada di perkotaan, Pasar Sawahan menawarkan suasana khas pedesaan yang santai dan sederhana kepada pengunjung.
“Karena pedesaan, suasananya slow living gitu. Nggak seperti di kota yang penat dan suntuk. Di sini kita bisa lihat sawah, dengerin suara air, kan nggak bisa ditemui di kota,” jelas pengunjung Pasar Sawahan, Aurillia Silmi saat diwawancarai pada Minggu (04/05).
Beberapa Keunikan Pasar Sawahan, Mulai dari Kuliner Tradisional hingga Penggunaan Alat Tukar Transaksi Bernama “Uli”
Efendi menjelaskan bahwa Pasar Sawahan dibentuk dengan konsep tradisional yang selalu mengutamakan kuliner tradisional. Penjual di Pasar Sawahan juga turut mempertahankan resep otentik dari kuliner tradisional tersebut dengan cara memberikan kualitas yang terbaik untuk pengunjung.
“Kami ambil untungnya benar-benar sedikit supaya kami juga menjualnya tidak mahal. Supaya pengunjung datang lagi ke sini, dan tidak mengecewakan,” tutur penjual di Pasar Sawahan, Dian saat diwawancarai pada Minggu (04/05).
Sebagai wisata kuliner tradisional, Pasar Sawahan tetap menggunakan konsep tradisional dengan mengikuti kalender/pasaran Jawa yang terdiri dari Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Sedangkan Pasar Sawahan hanya akan buka di Minggu Legi, dan Minggu Pahing.
“Kita menyesuaikan konsep yang kembali ke zaman dahulu. Kalau zaman dahulu, kan pasar itu nggak setiap hari, tapi pakai pasaran,” tegas Efendi.
Konsep tradisional barter (sistem pertukaran barang atau jasa, tanpa menggunakan uang sebagai alat pembayaran) juga turut diterapkan di Pasar Sawahan. Alat tukar transaksi yang digunakan di Pasar Sawahan bernama “uli”, artinya “setangkai padi”.
“Kalau zaman dahulu itu kan pakainya barter ya. Ini karena zaman sekarang kalau barter barang dengan barang kan susah, terus kita membuat “uli” itu untuk barternya. Jadi tidak pakai uang rupiah, tapi uang “uli”. Dinamakan uang “uli” karena itu artinya “setangkai padi”. Jadi kita sesuaikan semua dengan Pasar Sawahan,” tegas Efendi.
Pasar Sawahan Semakin Terlihat dan Kuliner Tradisional Semakin Dilestarikan
Harapan terus diungkapkan oleh Efendi untuk Pasar Sawahan kedepannya, mulai dari dukungan pemerintah desa hingga pemerintah kabupaten melalui Dinas Pariwisata. Efendi berharap agar pemerintah desa dan pemerintah kabupaten dapat mendukung secara penuh keberadaan Pasar Sawahan.
“Kita berharap kita tetap eksis dan semakin maju, walaupun kita ini nggak dapat dukungan dari pemerintah desa ya. Kita memang kerjasama dengan pemerintah desa, tanah ini tanah milik pemerintah desa. Kita berharap dari pemerintah itu ada dukungan sepenuhnya, jadi apa yang belum kita punya dan kita masih kekurangan, bisa didukung dari pemerintah. Mungkin tidak harus pemerintah desa ya, pemerintah kabupaten bisa lewat dinas pariwisatanya,” ujar Efendi.
Selain itu, Dian juga turut mengungkapkan harapannya untuk Pasar Sawahan kedepannya. Dian mengungkapkan agar Pasar Sawahan semakin banyak dikenal banyak orang, tak hanya di Desa Kalongan dan desa sekitar, tetapi juga di luar kota.
“Pasar Sawahan makin dikenal banyak orang, tidak cuma di sini tapi juga di luar kota, banyak pelanggan dan juga banyak pengunjung supaya rame gitu,” ungkap Dian.
Harapan untuk Pasar Sawahan kedepannya juga disebutkan oleh Aurillia agar Pasar Sawahan semakin ramai, dan semakin dikenal oleh banyak orang serta banyak orang yang terus melestarikan kuliner tradisional.
“Pasar Sawahan makin ramai, biar banyak yang tahu gitu. Karena menurut aku, jarang ada yang tahu pasar ini. Dan dengan lebih dikenalnya pasar ini, otomatis yang datang kesini tuh jadi ngerasain makanan lokalnya warga sini. Dan dengan mereka merasakan masakan warga lokal sini, mereka lebih aware sama makanan lokal yang ada di sini ataupun di Indonesia. Nah dengan adanya Pasar Sawahan ini bisa membangkitkan kembali rasa cinta terhadap makanan lokal. Ya, harapannya biar bisa lebih naik ke permukaan aja Pasar Sawahan beserta isi-isinya,” pungkas Aurillia. (Berliana Sekar)
Credits : TindakPundi.id / Berliana Sekar