Klenteng Kam Hok Bio yang terletak di pintu masuk Jalan Layur. Dibangun sejak abad ke-19 masehi, klenteng ini menjadi simbolisasi komunitas Tionghoa di Kampung Melayu – Semarang, Sabtu (03/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Penampakan Jalan Layur di Kampung Melayu saat ini yang masih dipadati rumah penduduk serta bangunan dengan arsitektur multikultural – Semarang, Sabtu (03/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Masjid Menara, salah satu masjid tertua di Kota Semarang yang didirikan oleh para saudara Yaman pada tahun 1802. Kini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Minaret Masjid Menara – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Bangunan tua tak bernama di sebelah Masjid Menara. Tampilannya menonjolkan arsitektur tempo dulu dengan dinding bercat putih bersih, kanopi, dan kusen kayu serta daun pintu dan jendela berpelitur – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Bekas bangunan Studio Foto Gerak Cepat yang berdiri sejak tahun 1970 – Semarang, Jumat (23/05/2025)(Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Seorang bapak paruh baya mengendarai sepedanya melintasi Jalan Layur – Semarang, Jumat (23/05/2025)(Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Tukang becak membawa tumpukan kardus dan barang daur ulang melintasi Jalan Layur – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Penjual kaki lima menepikan gerobaknya tak jauh dari Klenteng Kam Hok Bio – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)

Seorang pria tua mendorong gerobaknya melewati barisan bangunan di sepanjang Jalan Layur – Semarang, Jumat (23/05/2025) (Sumber: Haifa Furai’ah Chairania)
Credits : TindakPundi.id / Haifa Furai’ah Chairania