Di tengah menjamurnya kafe modern di Kota Semarang, Sen Gu Coffee hadir membawa warna berbeda. Didirikan pada tahun 2022 oleh Abdul Latif, kafe ini mengusung konsep vintage yang menawarkan pengalaman unik dan penuh nostalgia. Inspirasi mendirikan kafe ini muncul dari keinginan Abdul untuk menghadirkan suasana yang membedakan diri dari tren kafe kekinian yang seragam.
Sejak awal pembangunan pada tahun 2021, di masa pandemi COVID-19, konsep yang ditawarkan Sen Gu Coffee sudah mencuri perhatian. Meski belum resmi dibuka, banyak calon pengunjung menunjukkan ketertarikan terhadap ide menghadirkan suasana tempo dulu dalam ruang modern. Media sosial, terutama Instagram, menjadi saluran utama penyebaran informasi dan antusiasme tersebut.
Pendekatan desain interior menjadi daya tarik utama Sen Gu Coffee. Hampir seluruh elemen dekorasi dan furniture di dalamnya merupakan hasil perburuan barang bekas dari pasar loak, seperti radio antik, mesin ketik tua, hingga kamera analog. Sebagian lainnya dibuat secara mandiri oleh tim kafe, menjadikan setiap sudut ruangan memiliki karakter dan cerita tersendiri.
Pemilik kafe tak hanya bekerja sendiri, tetapi juga menggandeng teman-teman yang memiliki visi serupa. Kolaborasi ini memperkuat identitas kafe sebagai ruang kreatif yang tidak sekadar menawarkan kopi, melainkan juga pengalaman visual dan emosional. Ruang-ruang yang ditata dengan cermat ini kemudian menjadi spot favorit pengunjung untuk berfoto dan berbagi momen di media sosial.
Dari sisi pengunjung, Sen Gu Coffee menarik minat berbagai kalangan. Mahasiswa dan pecinta seni menjadi kelompok dominan, tertarik oleh suasana artistik yang ditawarkan. Tak ketinggalan, keluarga juga menjadikan kafe ini sebagai tempat berkumpul dan menciptakan momen hangat bersama dalam atmosfer klasik yang menyenangkan.
Dengan kombinasi suasana yang akrab, desain interior yang otentik, serta kopi berkualitas, Sen Gu Coffee menjelma sebagai salah satu destinasi ngopi yang wajib dicoba di Semarang. Lebih dari sekadar tempat minum kopi, kafe ini menjadi ruang pelarian dari hiruk-pikuk modernitas menuju kehangatan masa lalu yang menyentuh.
Credits : TindakPundi.id / Jesicca











