Semarang — Kota Lama Semarang adalah kawasan bersejarah yang kini bertransformasi menjadi warisan budaya, menghadirkan daya tarik visual sekaligus ruang kreatif yang dinamis. Kawasan ini menjadi magnet bagi fotografer, pengunjung, dan pelaku industri kreatif yang ingin mengeksplorasi spot fotogenik sambil menikmati suasana sejarah yang autentik.
Lahirnya Kota Lama: Warisan Perjanjian Mataram–VOC
Semarang mulai berkembang sebagai kota pesisir sejak era Kesultanan Mataram, dirintis Ki Ageng Pandanarang pada 1476 M di Pulo Tirang, seiring penyebaran Islam dan pengaruh Kerajaan Demak. Kota Lama muncul akhir abad ke-17 setelah perjanjian Mataram–VOC, saat VOC mendirikan permukiman strategis di sekitar Kali Semarang untuk kepentingan dagang dan pengawasan politik.
Kota Benteng yang Bertransformasi
Koloni VOC berkembang menjadi kota kecil berbenteng, dihuni oleh pejabat, pegawai, dan serdadu. Fasilitas seperti balai kota, pertokoan, jalan, barak, dan perumahan dibangun. Pada awal abad ke-19, benteng diruntuhkan seiring perluasan kota. Kawasan ini kemudian dikenal sebagai “Kota Lama” atau De Oude Stad.
Kota Lama Hari Ini: Ruang, Gaya, dan Nilai Abadi
Kota Lama Semarang memiliki tata ruang khas dengan fungsi pemerintahan, perdagangan, perbankan, konsulat, hiburan, hingga transportasi lewat Kali Semarang. Arsitekturnya mencerminkan perpaduan gaya dari berbagai era, dan kawasan ini menyimpan nilai sejarah, budaya, dan ekonomi yang diakui secara internasional.
Shabrina, salah satu pengunjung Kota Lama, menuturkan bahwa suasana historis di kawasan ini sangat terasa, terlebih karena banyak bangunan yang dibiarkan dalam kondisi asli tanpa terlalu banyak renovasi. Hal ini menambah kesan alami dari Kota Lama.
“Vibe sejarahnya masih kerasa sih, apalagi kan ada beberapa bangunan yang dibiarkan nggak tersentuh gitu. Kan ada yang direkonstruksi ulang, ada juga yang dia terlihat tua gitu, Kak. Mulai dari kayak ada pohon-pohon, akar-akar, warnanya juga keliatan memudar alami,” jelas Shabrina pada Minggu (18/5).
Sebagai pengunjung yang datang untuk berfoto dan menikmati suasana, Shabrina mengakui bahwa dirinya tertarik untuk mengeksplorasi lebih dalam, khususnya bangunan-bangunan yang telah dialihfungsikan.
“Banyak gedung di sini sekarang jadi kantor atau kafe. Aku pengen eksplor lebih dalam sih, pengen nyobain kadang. Sekarang ditambah ada UMKM di sini. Jadi makin ramai pengunjung juga,” ungkap Shabrina.
Transformasi Terkini: Dari Situs Sejarah Menjadi Aktivitas Kreatif
Transformasi Kota Lama Semarang dari kawasan peninggalan sejarah kolonial menjadi destinasi wisata dan budaya turut membuka peluang bagi pelaku industri kreatif seperti fotografer. Arum, salah satu fotografer yang telah beraktivitas di Kota Lama selama kurang lebih dua tahun, menjelaskan bahwa elemen arsitektural bangunan tua menjadi keunggulan utama dalam bidang fotografi di kawasan ini.
“Menurut aku yang membuat Kota Lama ini menarik itu mungkin dari bangunannya ya, Kak, yang kalau orang-orang pikir itu estetik gitu kan. Apalagi dari sejarahnya yang juga bangunan lama, kan bagus banget gitu loh. Apalagi nggak semua tempat ada yang kayak Kota Lama gitu. Makanya orang-orang kan tertarik, itu sih yang bikin bagus fotografi di sini,” jelas Arum saat diwawancarai pada Minggu (18/5).
Kawasan ini bukan hanya menjadi latar estetik untuk fotografi, tetapi juga sumber penghidupan, terutama dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap konten visual di media sosial. Melalui komunitas fotografer dan platform digital, mereka turut mempromosikan pesona Kota Lama, menjadikan warisan sejarah sebagai ruang hidup yang relevan dan produktif di masa kini.
“Kebetulan di komunitas kami tuh ada Instagramnya, dan itu kan lumayan punya banyak followers, jadi kayak menarik wisata. Kadang orang emang dari jauh tuh sengaja mau foto di kami gitu, gara-gara ngelihat dari sosial media, ” tutur Arum.
Dengan nilai sejarah yang kuat dan kontribusi aktif dari komunitas kreatif dan pelaku usaha lokal, Kota Lama merupakan representasi dari upaya pelestarian warisan budaya yang adaptif terhadap kebutuhan masyarakat masa kini. Kawasan ini juga bukan sekadar simbol masa lalu, tetapi juga ruang masa kini yang terus tumbuh dan memberi inspirasi.
Credits : TindakPundi.id / Alya Ruhadatul Nabilah Aisy